BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masyarakat Jawa Barat -yang dikenal sebagai orang Sunda- sebagian
besar bekerja sebagai petani di lembah-lembah pegunungan. Dengan struktur tanah
yang sebagian besar merupakan bagian dari pegungan vulkanis dan masih aktif diantaranya
terletak di Ibu Kota Jawa Barat yaitu Bandung.
Bagi masyarakat asli kaki gunung biasanya melakukan acara adat yang
bertujuan untuk menghormati para leluhur mereka. Bahkan setiap tahun terutama
pada musim panen mereka melalukan kegiatan yang biasa disebut pesta panen.
Kegiatan tersebut merupakan perwujudan rasa syukur mereka terhadap hasil yang
didapatkan dan untuk berbagi kepada
sesama masyarakat.
Tidak jarang, masyarakat menjadikan gunung sebagai tempat spiritual
seperti bertapa, meminta kekayaan dan kekuatan. Kepercayaan tersebut sudah
terjadi secara turun temurun hingga di zaman modern saat ini beberapa
masyarakat nya masih mempercayai kalau gunung mempunyai kekuatan spiritual.
Bagi penggiat alam seperti para pendaki yang sengaja hiking untuk
menikmati indah nya pegunungan di Jawa Barat
harus terlebih dahulu mencari informasi tentang gunung yang akan
dijejaki serta di haruskannya melakukan administrasi terlebih dahulu dengan
melapor ke bagian pendaftaran di kkantor pusat Taman Nasional Gunung tersebut.
Setelah mendapatkkan izin barulah melakukan perjalanan.
B.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar kita semua, khusus
nya para pembaca dapat memahami dan bisa melihat gambaran yang sesungguhnya
mengenai kebudayaan masyarakat pegunungan khususnya di wilayah Jawa Barat.
C.
Manfaat
a. Untuk
mengetahui tentang pengertian kebudayaan masyarakat
b. Untuk
mengetahui tradisi yang ada di suatu masyarakat
c. Sebagai
gambaran dari masyarakat pegunungan
d. Untuk
bersama-sama mengenal kebudayaan masyarakat disetiap daerah khususnya Jawa
Barat serta menghormati kebudayaan
tersebut.
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A. Pengertian
Kebudayaan
: sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi system ide
atau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak ( id.m.wikipedia.org/wiki/budaya ).
Masyarakat
: sekelompok orang yang membentuk sebuah system semi tertutup atau sebaliknya,
dimana kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam
kelompok tersebut (sosialsosiologi.blogspot.com/2012//12/definisii-masyarakat.html?m=1
).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan masyarakat di daerah pegunungan adalah
segala sesuatu pengetahuan masyarakat tentang adat istiadat dan kepercayaan
secara turun-temurun untuk melakukan interaksi oleh masyarakat di daerah
dataran tinggi.
B. Sejarah
Jawa Barat
Berdasarkan
data dan penelitian arkeologis, tanah Sunda telah di huni oleh masyarakat sunda
secara sosial sejak sebelum Tarikh Masehi. Situs purbakala di Ciampe’a (Bogor).
Klapa dua (Jakarta), dataran tinggi Bandung dan Cangkuang (Garut) memberi bukti
dan informasi bahwa lokasi-lokasi tersebut telah ditempati oleh kelompok
masyarakat yang memiliki system kepercayaan, organisasi sosial, system mata
pencaharian, pola pemukiman dan lain-lain sebagaimana layaknya kehidupan
masyarakat manusia, betapapun sederhananya.
Paling
tidak ada tiga macam sumber yang mengatakan Sunda sebagai nama kerajaan. Pertama, dua
prasasti (Bogor dan Sukabumi); kedua, beberapa buah berita orang
portugis (tahun 1513, 1522, dan 1527) dan ketiga, beberapa naskah lama
(cerita parahiyangan, sanghyang siksa kanda’ng karesian). Ibukota kerajaan
sunda di namai Pakuan Padjajaran.
Kenyataan
lainnya adalah pemekaran Provinsi Jawa Barat dengan terbentuknya Provinsi
Banten. Walau demikian kedua provinsi itu masih dalam ikatan tataran sunda.
Untuk menjalin ikatan batin yang kuat, maka perlu ditumbuhkan kesadaran atas
adanya kesamaan religi (dalam hal mayoritas, orang sunda beragama Islam).
Selain itu, harus ada kesadaran atas nilai-nilai pandangan hidup yang nyunda,
kesadaran atas alur sejarah sunda
yang tidak terputus, serta kesadaran untuk memelihara bahasa sunda dan bahasa
dialeg setempat agar tetap digunakan di setiap keluarga sunda.
Sejarah
panjang serta tradisi budaya sunda yang unik membuat wilayah jawa barat
memiliki budaya dan sejarah. Tentu saja berbagai objek wisata alam yang indah
yang tersebar di wilayah pegunungan dan pantai menjadi bagian yang tidak bisa
dipisahkan dan menjadi daya tarik untuk dijelajahi.
C. Alam
Pegunungan
Alam
pegunungan di Jawa Barat telah dikelola dengan baik dan memberi manfaat untuk masyarakat
sekitarnya. Sebagian juga telah ditetapkan sebagai Taman Nasional atau Taman Wisata Alam. Seperti Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak (TNGH-S), Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan, dan
Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. Masih ada hamparan gunung lainnya
yang tersebar di wilayah tanah Pasundan. Contohnya Gunung Cikuray, Gunung
Guntur, dan Gunung Burangrang yang merupakan salah satu gunung dari jajaran
pegunungan hasil letusan gunung Sunda purba.
“
mendaki gunung sangat pararel dengan aspek kehidupan lain dan itulah alasan
mengapa orang suci selalu pergi ke gunung untuk menemukan makna hidup. Dan
dalam pengalaman saya digunung telah mengajarkan saya sebuah cara unik untuk
menghadapi apa yang di lemparkan kehidupan kepadda saya” –Gery P. Scot- (pendaki
Everst, pemegang rekor tercepat gunung McKinley (Alaska), dan penulis buku Everest
in your life.
D. Kebudayaan
Masyarakat Gunung di Jawa Barat
1. Gunung
Ciremai (Gunung Tertinggi di Jawa Barat
±3078 mdpl)
Gunung Ciremai
masuk dalam tiga wilayah kabupaten yakni Kuningan, Majalengka dan Cirebon.
Sebagai gunung tertinggi di Jawa Barat yang juga menyimpan begitu banyak pesona
dan sejarah maka sejak tahun 2004 status Gunung Ciremai telah di tetapkan
sebagai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Masyarakat
sekitar Gunung Ciremai mempunyai sebutan lain untuk gunung yang tampak
menjulang seperti rasaksa ditengah
dataran rendah kawasan pantai utara Jawa Barat bagian timur, yaitu Cereme,
Careme dan Cerme. Untuk mencapai puncak Ciremai dapat melalui 3 jalur pendakian
resmi yaitu Linggarjati, Palutungan dan Apuy.
Masyarakat di
daerah ini mempercayai dari sekian banyak tumbuhan dan jenis burung ada
beberapa hewan yang dipercayai mempunyai kekuatan mistik. Mendekati puncak,
banyak berterbangan ayam alas dengan bulunya yang bersih mengkilat. Gunung Ciremai identic dengan Sunan Gunung Jati,
salah satu Wali Songo penyebar Agama Islam di Jawa Barat. Sekitar tahun
1521-1530, Sunan Gunung Jati diyakini bertapa di puncak Ciremai. Ketika itu
bangsa Portugis begitu kuat menekan para ulama, pejuang dan rakyat kecil.
Menjelang peperangan, sunan Gunung jati naik ke puncak Ciremai bertapa,
menyendiri, dan bermunajad kepada Tuhan. Tepat tapa dan pertemuan para wali itu
bernama batu lingga dan diyakini oleh masyarakat Cirebon sebagai tempat ngalap
berkah memberi manfaat dan membantu orang-orang yang dalam kesulitan.
Menurut
masyarakat setempat, Gunung Ciremai merupakan salah satu tempat dimana para
wali pernah mengadakan pertemuan. Kata Ciremai sendiri berasal dari kata
“Pecereman” yang berarti berunding/musyawarah. Linggarjati diartikan
“nalingakeun ilmu sejati”, karena daerah
tersebut dijadikan tempat para wali bermusyawarah dan menjaga rahasia ilmu
sejati agar tidak sampai diketahui orang banyak. Oleh penduduk pos batu lingga
dipercaya dijaga oleh dua makhluk halus dari golongan jin. Terkadang ditemukan
bekas-bekas sesajen berisi bunga dan makanan yang ditinggalkan penduduk setelah berziarah dengan tujuan tertentu.
Namun pada tahun 2004 (saat narasumber melakukan pendakian) batu ini telah
hilang tak berbekas, menurut penduduk setempat batu ini hilang bersamaan dengan
pesawat yang jatuh beberapa tahun sebelumnya. Tempat yang juga sering
dikunjungi masyarakat untuk berziarah adalah kuburan kuda, tempat ini berada di
jalur pendakian linggarjati sebelah baratnya. Dan juga pos Sangga Buana, yang
arti harfiahnya adalah Penyangga Bumi. Area ini berfungsi untuk menahan lahar
bila Gunung Ciremai meletus. Maksudnya agar lahar tidak menngarah ke Desa
Linggarjati, tapi ke tempat lain.
menurut Maman
(juru kunci ciremai) khusus bagi masyarakat linggarjati yang ingin naik ke
puncak Ciremai harus membawa ikan asin sesuai dengan nama pos jalur linggarjati yaitu Pengasinan (±2.750mdpl) memiliki arti asin
yang merupakan batas vegetasi hutan dan area terbuka dan bermakna
bahwa siapa saja yang ingin mencapai puncaknya dengan cepat dan selamat sampai
rumah diharuskan membawa ikan asin.
Pantangan di
Gunung Ciremai meurut juru kunci adalah tidak boleh mengeluh, memegang lutut,
kencing dan buang air besar sembarangan, setiap memasuki pos diharuskan
mengucapkan salam sebagai tanda minta izin masuk dan pertanda kesopanan.
Menurut Maman, setiap pos jumlahnya ada 12 pos banyak dihuni oleh dedemit. Ucapan
salam tidak hanya ketika datang tetapi juga saat meninggalkan gunung. (blog
penasaran di 08.59).
Masyakat di Kuningan
yang sebagian besar bekerja sebagai petani mempercyai bahwa setiap orang
asing/pendatang yang hendak berlibur dikawasan Gunung Ciremai harus di damping
oleh penduduk asli daerah tersebut karena tidak jarang akan di buat tersesat,
masyarakat setempat juga mempercayai bahwa ketika petang seluruh pekerjaan
harus ditinggalkan dan bergegas pulang kerumah terutama bagi anak gadis.
Masih banyak
lagi cerita dari masyarakat sekitar yang bisa kita hormati sebagai bagian dari
kehidupan mereka.
2. Gunung
Gede-Pangrango
(Pesona sebuah Mahkota
Jawa Barat ±2.958 mdpl dan ±3019 mdpl).
Keberadaan
gunung Gede-Pangrango dilindungi oleh UNESCO sebagai Zona Inti Cagar Biosfer Dunia,
serta tempat perlindungan bagi satwa dan tumbuhan pegunungan dibagian Barat
Pulau Jawa.
Gunung
Gede-Pangrango memiliki juru kunci yaitu Eyang Jaya Kusumah adalah penjaga
Gunung Selayang berada disebelah puncak utara puncak Gede. Sedangkan Eyang
Jayarahmatan dan Embah Kodok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan
wisatawan Cibodas. Batu tersebut pernah
dihancurkan namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya.
Masyarakat di wilayah
Gunung Gede-Pangrango berkerja sebagai petani, dan ada beberapa masyarakat
disekitar kawasan Cibodas yang bekerja sebagai wirausaha dengan berdagang dan
menyewakan tempat penginapan serta mengelola kebun.
Masyarakat asli
wilayah kaki gunung Gede-Pangrango dan juga sebagian pendaki yang berada di
kawasan alun-alun surya kencana akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian,
tetapi kuda tersebut tidak terlihat. Konon kejadian ini pertanda bahwa pangeran
Surya Kencana datang ke alun-alun
dengan dikawal oleh prajurit. Selain itu para pendaki kadang melihat bangunan Istana.
Alun-alun surya kencana merupakan sebuah lapangan datar dan luas pada
ketinggian 2.750 mdpl, di sebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput
dan padang edelweiss. Surya Kencana merupakan nama seorang putra
pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur).
Sekitar gunung
Gede banyak terdapat petilasan peninggalan sejarah yang dianggap sacral oleh
sebagian peziarah, seperti petilasan pangeran surya kencana, putri jin, dan
prabu siliwangi.
Masyarakat
setempat mempercayai Eyang Surya Kencana dan Eyang Prabu Siliwangi berada di Gunung Gede, masyarakat percaya bahwa roh
Eyang Surya Kencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga gunung Gede agar
tidak meletus. Pada saat tertentu banyak orang yang masuk ke goa-goa sekitar Gunung
Gede untuk bersemedi/bertapa maupun melakukan upacara religious.
3. Gunung
Cikurai (Keindahan sebuah Kerucut Rasaksa ±2.813 mdpl)
Gunung Cikurai
termasuk dalam Kabupaten Garut. Gunung ini merupakan dataran tertinggi di garut
sehingga banyak dimanfaatkan oleh stasiun televisi untuk menaruh pemancarnya di
kaki Gunung Cikurai. Ini terbukti pada jalur awal pendakian puncak Gunung Cikurai terdapat menara
pemancar. Masyarakat di daerah ini bekerja sebagai pemetik teh, karena kawasan
ini di penuhi oleh kebun teh. Gunung ini belum ditetapkan menjadi Taman
Nasional tatapi di kelola secara swadaya oleh masyarakat setempat.
Menurut para
ahli sejarah, gunung ini awalnya bernama Srimanganti. Dilereng gunung ini pada
zaman duhulu terdapat mandala (pemukiman para pendeta), yang menjadi tujuan
untuk menuntut dan mengji berbagai macam ilmu. Mandala ini diberi nama Gunung
Larang Srimanganti. Ditempat inilah tradisi kerajaan sunda dalam bidang tulis
menulis berlangsung sampai abad ke 17. Banyak naskah sunda kunoyang ditulis
saat itu dan menjadi objek penelitian para ahli sejarah hingga saat ini.
Naskah-naskah itu saat ini tersimpan di Kebuyutan Ciburuy, Cigedug, Garut.
Selain itu,
sejak abad ke 19 lereng cikuray mulai dibuka untuk lahan teh. Salah satu
perkebunan teh yang terkenal adalah perkebunan waspada, yang berada disektar wilayah
Cikajang.
Perkebunan ini
dikelola oleh Karel Freederik Holle (K.F. Kolle) yang dikenal juga sebagai penasehat
pemerintah Colonial Belinda untuk urusan masyarakat pribumi. Waspada menjadi
terkenal karena Holle menjadikan perkebunan ini sebagai tempat untuk
ber-xperimen yang menggabungkan bisnis dan idealism kebudayaan dengan tujuan
memberdayakan masyarakat pribumi. Maka lahirlah dari tempat ini berbagai
inovasi di bidang kebudayaan dan pertanian, diantaranya pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan domba, dan system sangked untuk lahan pertanian.
4. Gunung
Papandayan (Tempat Dewa menimpa besi atau senjata ±2.665 mdpl)
Papandayan
sendiri diambil dari bahasa Sunda “panday” yang berarti orang andai besi. Pada
zaman dahulu ada segerombolan masyarakat yang melintasi gunung ini, dan
gerombolan ini mendengar suara-suara yang mirip dengan suara tukang pandai
besi. Ternyata suara tersebut bukanlah suara mistis melaikan suara yang berasal
dari kawah yang sedang aktif. Karena mirip dengan suara tukang pandai besi maka
itulah gunung ini dinamakan Papandayan.
Legenda dan
cerita dari masyarakat sekitar seputar Gunung Papandayan merupakan tempat para
dewa menimpa besi untuk membuat senjata perang. Kawah-kawah aktif di Gunung
Papandayan merupkan tempat bekerja para dewa. Kemunngkinan munculnya suara
letupan-letupan dan suara-suara dari kawah itulah yang menjadi asal-muasal
cerita tersebut. Namun yang pasti, kawah-kawah di Gunung Papandayan masih aktif
dan beberapa diantaranya mengeluarkan suara seperti air yang dimasak dalam
dandang.
5. Gunung
Guntur (Keindahan Alam Gunung yang gundul ±2.249 mdpl)
Seperti halnya
Gunung Papandayan, legenda dan cerita masyarakat mengenai Gunung Guntur tidak
terlalu banyak. Namun ada sebuah cerita yang berkembang di kalangan penduduk,
khusus nya penduduk kampung Cipanas. Konon, kondisi Gunung Guntur yang gundul
merupakan suatu hal yang disengaja. Dulu masyarakat disekitar Gunung Guntur
tertimpa bencana kekeringan, akibatnya mereka sulit melakukan aktivitas
bercocok tanam. Kemudian tiba-tiba hutan dikawasan Gunung Guntur terbakar
dengan sendirinya. Sejak terjadinya kebakaran itulah hujan turun. Sampai kini,
sebagian penduduk masih percaya bahwa jika hutan di kawasan Gunung Guntur dibakar.
maka akan mendatangkan hujan. Setelah melalui proses penelitian, hutan yang
dulu terbakar secara tiba-tiba itu ternyata merupakan dampak dari penguapan gas
dari dalam bumi.
Konon, tempat
dimana sekarang berdiri Gunung Guntur dulunya hanya berupa bukit kecil yang
menonjol sedikit lebih tinnggi dari wilayah sekitarnya dan disebut Gunung Kutu.
Waktu itu Ratu
Rangga Lawe yang berkuasa d Kerajaan Timbanganten, secara sepihak menggunakan
waduk milik saudara perempuannya, Maharaja Intan Dewata. Untuk mengairi
sawah-sawah kawulanya. Karena murka, Maharaja Intan Dewata menciptakan Gunung
Guntur untuk membalas sakit hatinya. Dengan sebuah periuk berisi air dan
segenggam tanah, dia pergi ke Gunung Kutu. Tanahnya dilemparkan ke atas
kemudian membalikkan periuknya, kemudian pergi ke Gunung Putri (satu puncak di
muka Gunung Guntur). Akhirnya Gunung Kutu pun meletus, api dan batu batuan
keluar dengan hebatnya sampai-sampai Kerajaan Timbanganten terancam hancur.
Ratu rangga Lawe
yang hampir menjadi korban kemudian berdoa, sehingga bencana itu berhenti. Tapi
hampir sebagian kerajaannya telah hancur. Tempat dimana dulu berdiri
karisidenan karobokan itu kini berdiri Gunung Guntur. Kemudian Maharaja Intan
Dewata menghilang dan ditempat pemukimannya muncul telaga kecil yang disebut
Situ Taman.
Agar seluruh
keturunan mau menghormati Maharaja Intan Dewata, Gunung Guntur terus
mengeluarkan asapnya sampai kini. Dipercaya juga bahwa beliau sesekali
mengunjungi Gunung Putri untuk memantau keadaan Kerajaan Timbanganten.
Juga Curug
Citiis merupakan tempat bertemunya raja-raja dari Pulau Jawa. Air yang mengalir
dari Curug Citiis dipercaya merupakan air yang suhunya paling dingin di seluruh
Jawa Barat.
6. Gunung
Salak (Puncak sebuah Legenda ±2.211 mdpl)
Gunung Salak
yang terletak di antara kabupaten Bogor dan Sukabumi ini sejak dulu menyimpan
berbagai cerita dan legenda yang diwariskan secara turun temurun oleh
masyarakat sekitarnya. Itu dibuktikan dengan adanya tempat-tempat yang dianggap
keramat oleh masyarakat kaki gunung salak. Bahkan disalah satu puncak (Salak 1)
terdapat makam yang dipercaya sebagai makam Eyang Gunung Salak.
Masyarakat
disekitar gunung salak bekerja sebagai petani, sayuran, ada juga yang bekerja
di sekitar resort/hotel/ penginapan yang didirikan di sekitar kawasan rumah
mereka, juga ada yang bekerja sebagai pedaganng. Mereka memfungsikan rumahnya
sebagai warung makanan/minuman bagi pengunjung.
Wilayah gunung
salak dipercaya merupakan tempat berdirinya kerajaan Hindu di Tanah Sunda, kerajaan
Padjajaran yang dipimpin prabu Siliwangi. Bahkan sang Prabu dan para
prajuritnya dipercaya juga menghilang di wilayah ini. Berdasarkan dari cerita
dan sejarah tersebut, kini disekitar kaki gunung Salak, berdiri sebuah pura
Parahyangan Agung Jagatkarttha Taman Sari Gunung salak atau Pura Gunung Salak.
Pura yang di resmikan Desember 2005 ini menjadi pura tebsesar di Jawa Barat.
Berdiri di atas tanah seluas 15 hektar di kaki gunung salak. Tepatnya di Taman
Sari kab. Bogor daerah ciapus atau sebelum wanawisata Curug Nangka.
Dewi sukesih
putri penguasa pertama Cianjur, Pangeran Aria Wiratanudatar atau Eyang Dalem
Cikundul merupakan manusia setengah jin. Setelah mengetahu istrinya dari
golongan jin, Eyang Dalem Cikundul berusaha mengembalikan istrinya ke tempat
asalnya. Singkat cerita, dengan rasa kasih saying dan cintanya, sang ibu
mengirimkan putrinya ke Gunung Salak sekaligus untuk menguasai dan menjaga
wilayah tersebut. Sedangkan putranya dikirim ke Gunung Gede.
Lokasi kawah
ratu konon merupakan tempat bersemayamnya bangsa jin yang menguasai Gunung
Salak. Tidak jauh dari lokasi tersebut, ada sebuah danau yang biasanya
dikunjungi para peziarah untuk memberi sesajen. Selain itu, ada beberapa
komplek pemakaman kuno yang dikeramatkan masyarakat sekitar kaki gunung salak,
seperti komplek Pemakaman Eyang Pangeran Santri.
7. Gunung
Burangrang
(Pesona keindahan sisa letusan Gunung Sunda
Purba±2.064 mdpl)
Asal usul Gunung
Burangrang tidak lepas dari cerita dan legenda maasyarakat Sunda, Kisah Legenda
Sangkuriang. Kisah legenda tersebut menceritakan perahu yang telah dibuat ooleh sangkuriang untuk
memenuhi permintaan Nyai Dayang Sumbi, ibunya sendiri, sebagai persyaratan
untuk mengawininya dan terbuat dari sebuah pohon besar telah terbalik dan
berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Sedangkan tanggul pohonnya tersisa
tetap berdiri menjadi Gunung Bukit Tanggul. Dan ranting-ranting atau “rangrang”
yang tersisa tergeletak menjadi Gunung Burangrang.
Masyarakat yang
tinggal di kaki Gunung Burangrang kebanyakan
bertani sayuran dan berternak sapi.
Masyarakat di kaki gunung ini sangat ramah seperti orang-orang sunda
pada umumnya jika menyambut tamu.
Letak Gunung
Burangrang berdekatan dengan Pangkalan Udara. Masyarakat bercerita tentang
kejadian beberapa tahun lalu mengenai pesawat yang mengalami kecelakaan karena
menabrak gunung ini. Menurut juru kunci ini disebabkan karena saat melakukan
latihan penerbangan tidak meminta izin terlebih dahulu. Karena bagi masyarakat
Sunda sopan santun sangatlah di perlukan dimanapun kita berada.
8. Gunung
Tangkuban Perahu (Perahu terbesar pulau Jawa Barat ±2.048 mdpl)
Dalam sejarag
geologi, gunung ini merupakan sisa Gunung Sunda dan Gunung Purba di Indonesia,
memiliki 9 kawah. Menurut ahli geologi kawasan dataran tinggi di Bandung yang
memiliki ketinggian lebih dari 709 mdpl merupakan sisa dari danau besar yang
terbentuk akibat dari pembendungan sungai citarum, sehingga kalau dikaitkan
dengan legenda masyarakat gunung ini berkaitan dengan peristiwa saat itu.
Bagi masyarakat
Bandung khususnya di bagian Bandung Utara mempercayai tentang kisah “tanjakan
emen” di jalur Subang-Bandung ini kerap
menelan korban jiwa, konon Bapak emen adalah supir elf jalur Subang-Bandung
yang meninggal Karena mobilnya terguling dan terbakar sehingga dia meninggal
terbakar hidup-hidup dikawasan tanjakan ini. Juga masyarakat menyebutkan jika
ingin melewati tanjakan dengan selamat harus melemparkan rokok ke sisi jalan
karena Alm Bapak Emen semasa hidupnya seiring mengemudi sambil merokok. Setelah di teliti ternyata struktur jalanan
yang menyebabkan kecelakaan sering terjadi di daerah tersebut. Kini jalur yang
disebut “tanjakan emen” telah di perluas oleh pemerintah setempat. Kejadian ini
memberi pesan moral terhadap semua masyarakat bahwa kita tidak boleh sombong/takabur
dimana pun kita berada dan juga kita harus berhati-hati jika berpergian, selalu
periksa kondisi kendaraan.
9. Gunung
Halimun (Mutiara Hijau Pulau Jawa ±500-1.929 mdpl)
Gunung Halimun
yang berada dalam tiga wilayah yaitu, kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak ini
biasanya digunakan oleh masyarakat bukan hanya untuk mendaki saja. Akan tetapi
untuk kegiatan Jungle Tracking. Kawasan ini merupakan tempat bagi hewan yang
dilindungi keberadaan nya karena hampir punah, juga surganya para serangga dan
salah satu hutan tropis yang masih tersisa di Pulau Jawa. Masyarakat disekitar
Taman Nasional Gunung Halimun bekerja sebagai petani, pedagang dan juga
sebagian sebagai penjaga Taman Nasional yang memiliki kemampuan serta
pendidikan yang setara.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jawa
Barat merupakan wilayah yang kaya akan keindahan alam nya. Terutama bagi penikmat alam dan para pendaki
karena Jawa Barat menyugukan banyak Gunung yang bisa di Jelajahi. Serta Jawa Barat juga memiliki
keaneka ragaman kebudayaan serta cerita yang telah turun temurun di percayai
oleh masyarakatnya terutama mereka yang berada di kaki gunung. Gunung di
Jawa Barat beraneka ragam, mulai dari
Gunung yang berperan dalam kemerdekaan
Indonesia sampai Gunung untuk berlindung bagi makhluk hidup yang langka.
Disetiap gunung menyimpan kebudayaan serta kepercayaan masyarakatnya yang
berbeda-beda tergantung dari asal usul gunung tersebut. Untuk itu banyak cara
yang bisa kita lakukan demi menjaga dan mengikuti adat istiadat yang berlaku.
Sebagai masyarakat Jawa Barat kita harus menjaga budaya serta kekayaan alam
yang telah diberikan untuk semua masyarakat.
B. Saran
Masih
ada beberapa gunung yang belum masuk dalam kawasan Taman Nasional. Penetapan
adat istiadat secara tertulis oleh penduduk agar membantu para wisatawan atau
pendatang untuk mematuhinya serta peran pemeritah untuk memajukan wisata di
kaki gunung serta untuk mengkan ekonomi masyarakat setempat.
Daftar
Pustaka
5. Sastha,
Harley B., rangkuman Laporan & cerita perjalanan pendakian Gunung
Gede-Pangrango, sepanjang tahun 1990-2004
6. Haris,
keith, mengenal Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Balai Nasional
Gunung Gede Pangrango, 2003
9. Sastha,
Harley B., Laporan & cerita perjalanan pendakian kilas balik highcamp,
gunung salak (puncak salak I), 2004
11. Sastha,
Harley B., Laporan & cerita Perjalanan kilas balik pendakian highcamp,
Gunung Cikurai, 2003
12. Sastha,
Harley B., rangkuman & cerita perjalanan pendakiann Gunung Papandayan, Maret,,
2007
14. Sastha,
Harley B., rangkuman & cerita perjalanan pendakian Gunung Burangrang. Maret
2007
waw
BalasHapus