Sabtu, 28 Mei 2016

aspek sosial budaya masyarakat pegunungan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masyarakat Jawa Barat -yang dikenal sebagai orang Sunda- sebagian besar bekerja sebagai petani di lembah-lembah pegunungan. Dengan struktur tanah yang sebagian besar merupakan bagian dari pegungan vulkanis dan masih aktif diantaranya terletak di Ibu Kota Jawa Barat yaitu Bandung.
Bagi masyarakat asli kaki gunung biasanya melakukan acara adat yang bertujuan untuk menghormati para leluhur mereka. Bahkan setiap tahun terutama pada musim panen mereka melalukan kegiatan yang biasa disebut pesta panen. Kegiatan tersebut merupakan perwujudan rasa syukur mereka terhadap hasil yang didapatkan dan  untuk berbagi kepada sesama masyarakat.
Tidak jarang, masyarakat menjadikan gunung sebagai tempat spiritual seperti bertapa, meminta kekayaan dan kekuatan. Kepercayaan tersebut sudah terjadi secara turun temurun hingga di zaman modern saat ini beberapa masyarakat nya masih mempercayai kalau gunung mempunyai kekuatan spiritual.
Bagi penggiat alam seperti para pendaki yang sengaja hiking untuk menikmati indah nya pegunungan di Jawa Barat  harus terlebih dahulu mencari informasi tentang gunung yang akan dijejaki serta di haruskannya melakukan administrasi terlebih dahulu dengan melapor ke bagian pendaftaran di kkantor pusat Taman Nasional Gunung tersebut. Setelah mendapatkkan izin barulah melakukan perjalanan.

B.     Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar kita semua, khusus nya para pembaca dapat memahami dan bisa melihat gambaran yang sesungguhnya mengenai kebudayaan masyarakat pegunungan khususnya di wilayah Jawa Barat.



C.    Manfaat
a.       Untuk mengetahui tentang pengertian kebudayaan masyarakat
b.      Untuk mengetahui tradisi yang ada di suatu masyarakat
c.       Sebagai gambaran dari masyarakat pegunungan
d.      Untuk bersama-sama mengenal kebudayaan masyarakat disetiap daerah khususnya Jawa Barat serta menghormati kebudayaan  tersebut.




















BAB II
KERANGKA TEORI

A.    Pengertian
Kebudayaan : sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi system ide atau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak ( id.m.wikipedia.org/wiki/budaya ).
Masyarakat : sekelompok orang yang membentuk sebuah system semi tertutup atau sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam kelompok tersebut (sosialsosiologi.blogspot.com/2012//12/definisii-masyarakat.html?m=1 ).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan masyarakat di daerah pegunungan adalah segala sesuatu pengetahuan masyarakat tentang adat istiadat dan kepercayaan secara turun-temurun untuk melakukan interaksi oleh masyarakat di daerah dataran tinggi.

B.     Sejarah Jawa Barat
Berdasarkan data dan penelitian arkeologis, tanah Sunda telah di huni oleh masyarakat sunda secara sosial sejak sebelum Tarikh Masehi. Situs purbakala di Ciampe’a (Bogor). Klapa dua (Jakarta), dataran tinggi Bandung dan Cangkuang (Garut) memberi bukti dan informasi bahwa lokasi-lokasi tersebut telah ditempati oleh kelompok masyarakat yang memiliki system kepercayaan, organisasi sosial, system mata pencaharian, pola pemukiman dan lain-lain sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat manusia, betapapun sederhananya.
Paling tidak ada tiga macam sumber yang mengatakan Sunda  sebagai nama kerajaan. Pertama, dua prasasti (Bogor dan Sukabumi); kedua, beberapa buah berita orang portugis (tahun 1513, 1522, dan 1527) dan ketiga, beberapa naskah lama (cerita parahiyangan, sanghyang siksa kanda’ng karesian). Ibukota kerajaan sunda di namai Pakuan Padjajaran.
Kenyataan lainnya adalah pemekaran Provinsi Jawa Barat dengan terbentuknya Provinsi Banten. Walau demikian kedua provinsi itu masih dalam ikatan tataran sunda. Untuk menjalin ikatan batin yang kuat, maka perlu ditumbuhkan kesadaran atas adanya kesamaan religi (dalam hal mayoritas, orang sunda beragama Islam). Selain itu, harus ada kesadaran atas nilai-nilai pandangan hidup yang nyunda,  kesadaran atas alur sejarah sunda yang tidak terputus, serta kesadaran untuk memelihara bahasa sunda dan bahasa dialeg setempat agar tetap digunakan di setiap keluarga sunda.
Sejarah panjang serta tradisi budaya sunda yang unik membuat wilayah jawa barat memiliki budaya dan sejarah. Tentu saja berbagai objek wisata alam yang indah yang tersebar di wilayah pegunungan dan pantai menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dan menjadi daya tarik untuk dijelajahi.

C.    Alam Pegunungan
Alam pegunungan di Jawa Barat telah dikelola dengan baik dan memberi manfaat untuk masyarakat sekitarnya. Sebagian juga telah ditetapkan sebagai Taman Nasional atau  Taman Wisata Alam. Seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGH-S), Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan, dan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. Masih ada hamparan gunung lainnya yang tersebar di wilayah tanah Pasundan. Contohnya Gunung Cikuray, Gunung Guntur, dan Gunung Burangrang yang merupakan salah satu gunung dari jajaran pegunungan hasil letusan gunung Sunda purba.
mendaki gunung sangat pararel dengan aspek kehidupan lain dan itulah alasan mengapa orang suci selalu pergi ke gunung untuk menemukan makna hidup. Dan dalam pengalaman saya digunung telah mengajarkan saya sebuah cara unik untuk menghadapi apa yang di lemparkan kehidupan kepadda saya” –Gery P. Scot- (pendaki Everst, pemegang rekor tercepat gunung McKinley (Alaska), dan penulis buku Everest in your life.

D.    Kebudayaan Masyarakat Gunung di Jawa Barat
1.      Gunung Ciremai  (Gunung Tertinggi di Jawa Barat ±3078 mdpl)
Gunung Ciremai masuk dalam tiga wilayah kabupaten yakni Kuningan, Majalengka dan Cirebon. Sebagai gunung tertinggi di Jawa Barat yang juga menyimpan begitu banyak pesona dan sejarah maka sejak tahun 2004 status Gunung Ciremai telah di tetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Masyarakat sekitar Gunung Ciremai mempunyai sebutan lain untuk gunung yang tampak menjulang seperti  rasaksa ditengah dataran rendah kawasan pantai utara Jawa Barat bagian timur, yaitu Cereme, Careme dan Cerme. Untuk mencapai puncak Ciremai dapat melalui 3 jalur pendakian resmi yaitu Linggarjati, Palutungan dan Apuy.
Masyarakat di daerah ini mempercayai dari sekian banyak tumbuhan dan jenis burung ada beberapa hewan yang dipercayai mempunyai kekuatan mistik. Mendekati puncak, banyak berterbangan ayam alas dengan bulunya yang bersih mengkilat. Gunung  Ciremai identic dengan Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo penyebar Agama Islam di Jawa Barat. Sekitar tahun 1521-1530, Sunan Gunung Jati diyakini bertapa di puncak Ciremai. Ketika itu bangsa Portugis begitu kuat menekan para ulama, pejuang dan rakyat kecil. Menjelang peperangan, sunan Gunung jati naik ke puncak Ciremai bertapa, menyendiri, dan bermunajad kepada Tuhan. Tepat tapa dan pertemuan para wali itu bernama batu lingga dan diyakini oleh masyarakat Cirebon sebagai tempat ngalap berkah memberi manfaat dan membantu orang-orang yang dalam kesulitan.
Menurut masyarakat setempat, Gunung Ciremai merupakan salah satu tempat dimana para wali pernah mengadakan pertemuan. Kata Ciremai sendiri berasal dari kata “Pecereman” yang berarti berunding/musyawarah. Linggarjati diartikan “nalingakeun ilmu sejati”,  karena daerah tersebut dijadikan tempat para wali bermusyawarah dan menjaga rahasia ilmu sejati agar tidak sampai diketahui orang banyak. Oleh penduduk pos batu lingga dipercaya dijaga oleh dua makhluk halus dari golongan jin. Terkadang ditemukan bekas-bekas sesajen berisi bunga dan makanan yang ditinggalkan penduduk  setelah berziarah dengan tujuan tertentu. Namun pada tahun 2004 (saat narasumber melakukan pendakian) batu ini telah hilang tak berbekas, menurut penduduk setempat batu ini hilang bersamaan dengan pesawat yang jatuh beberapa tahun sebelumnya. Tempat yang juga sering dikunjungi masyarakat untuk berziarah adalah kuburan kuda, tempat ini berada di jalur pendakian linggarjati sebelah baratnya. Dan juga pos Sangga Buana, yang arti harfiahnya adalah Penyangga Bumi. Area ini berfungsi untuk menahan lahar bila Gunung Ciremai meletus. Maksudnya agar lahar tidak menngarah ke Desa Linggarjati, tapi ke tempat lain.

menurut Maman (juru kunci ciremai) khusus bagi masyarakat linggarjati yang ingin naik ke puncak Ciremai harus membawa ikan asin sesuai dengan nama pos  jalur linggarjati  yaitu  Pengasinan (±2.750mdpl) memiliki arti asin yang  merupakan batas  vegetasi hutan dan area terbuka dan bermakna bahwa siapa saja yang ingin mencapai puncaknya dengan cepat dan selamat sampai rumah diharuskan membawa ikan asin.
Pantangan di Gunung Ciremai meurut juru kunci adalah tidak boleh mengeluh, memegang lutut, kencing dan buang air besar sembarangan, setiap memasuki pos diharuskan mengucapkan salam sebagai tanda minta izin masuk dan pertanda kesopanan. Menurut Maman, setiap pos jumlahnya ada 12 pos banyak dihuni oleh dedemit. Ucapan salam tidak hanya ketika datang tetapi juga saat meninggalkan gunung. (blog penasaran di 08.59).
Masyakat di Kuningan yang sebagian besar bekerja sebagai petani mempercyai bahwa setiap orang asing/pendatang yang hendak berlibur dikawasan Gunung Ciremai harus di damping oleh penduduk asli daerah tersebut karena tidak jarang akan di buat tersesat, masyarakat setempat juga mempercayai bahwa ketika petang seluruh pekerjaan harus ditinggalkan dan bergegas pulang kerumah terutama bagi anak gadis.
Masih banyak lagi cerita dari masyarakat sekitar yang bisa kita hormati sebagai bagian dari kehidupan mereka.

2.      Gunung Gede-Pangrango
(Pesona sebuah Mahkota Jawa Barat ±2.958 mdpl dan ±3019 mdpl).
Keberadaan gunung Gede-Pangrango dilindungi oleh UNESCO sebagai Zona Inti Cagar Biosfer Dunia, serta tempat perlindungan bagi satwa dan tumbuhan pegunungan dibagian Barat Pulau Jawa.
Gunung Gede-Pangrango memiliki juru kunci yaitu Eyang Jaya Kusumah adalah penjaga Gunung Selayang berada disebelah puncak utara puncak Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kodok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan Cibodas.  Batu tersebut pernah dihancurkan namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya.
Masyarakat di wilayah Gunung Gede-Pangrango berkerja sebagai petani, dan ada beberapa masyarakat disekitar kawasan Cibodas yang bekerja sebagai wirausaha dengan berdagang dan menyewakan tempat penginapan serta mengelola kebun.
Masyarakat asli wilayah kaki gunung Gede-Pangrango dan juga sebagian pendaki yang berada di kawasan alun-alun surya kencana  akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tetapi kuda tersebut tidak terlihat. Konon kejadian ini pertanda bahwa pangeran Surya Kencana  datang ke alun-alun dengan dikawal oleh prajurit. Selain itu para pendaki kadang melihat bangunan Istana. Alun-alun surya kencana merupakan sebuah lapangan datar dan luas pada ketinggian 2.750 mdpl, di sebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput dan padang edelweiss. Surya Kencana merupakan nama seorang putra pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur).  
Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan sejarah yang dianggap sacral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan pangeran surya kencana, putri jin, dan prabu siliwangi.
Masyarakat setempat mempercayai Eyang Surya Kencana dan Eyang Prabu Siliwangi berada  di Gunung Gede, masyarakat percaya bahwa roh Eyang Surya Kencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga gunung Gede agar tidak meletus. Pada saat tertentu banyak orang yang masuk ke goa-goa sekitar Gunung Gede untuk bersemedi/bertapa maupun melakukan upacara religious.

3.      Gunung Cikurai (Keindahan sebuah Kerucut Rasaksa ±2.813 mdpl)
Gunung Cikurai termasuk dalam Kabupaten Garut. Gunung ini merupakan dataran tertinggi di garut sehingga banyak dimanfaatkan oleh stasiun televisi untuk menaruh pemancarnya di kaki Gunung Cikurai. Ini terbukti pada jalur awal pendakian  puncak Gunung Cikurai terdapat menara pemancar. Masyarakat di daerah ini bekerja sebagai pemetik teh, karena kawasan ini di penuhi oleh kebun teh. Gunung ini belum ditetapkan menjadi Taman Nasional tatapi di kelola secara swadaya oleh masyarakat setempat.
Menurut para ahli sejarah, gunung ini awalnya bernama Srimanganti. Dilereng gunung ini pada zaman duhulu terdapat mandala (pemukiman para pendeta), yang menjadi tujuan untuk menuntut dan mengji berbagai macam ilmu. Mandala ini diberi nama Gunung Larang Srimanganti. Ditempat inilah tradisi kerajaan sunda dalam bidang tulis menulis berlangsung sampai abad ke 17. Banyak naskah sunda kunoyang ditulis saat itu dan menjadi objek penelitian para ahli sejarah hingga saat ini. Naskah-naskah itu saat ini tersimpan di Kebuyutan Ciburuy, Cigedug, Garut.
Selain itu, sejak abad ke 19 lereng cikuray mulai dibuka untuk lahan teh. Salah satu perkebunan teh yang terkenal adalah perkebunan waspada, yang berada disektar wilayah Cikajang.
Perkebunan ini dikelola oleh Karel Freederik Holle (K.F. Kolle) yang dikenal juga sebagai penasehat pemerintah Colonial Belinda untuk urusan masyarakat pribumi. Waspada menjadi terkenal karena Holle menjadikan perkebunan ini sebagai tempat untuk ber-xperimen yang menggabungkan bisnis dan idealism kebudayaan dengan tujuan memberdayakan masyarakat pribumi. Maka lahirlah dari tempat ini berbagai inovasi di bidang kebudayaan dan pertanian, diantaranya pembudidayaan ikan air tawar, peternakan domba, dan system sangked untuk lahan pertanian.

4.      Gunung Papandayan (Tempat Dewa menimpa besi atau senjata ±2.665 mdpl)
Papandayan sendiri diambil dari bahasa Sunda “panday” yang berarti orang andai besi. Pada zaman dahulu ada segerombolan masyarakat yang melintasi gunung ini, dan gerombolan ini mendengar suara-suara yang mirip dengan suara tukang pandai besi. Ternyata suara tersebut bukanlah suara mistis melaikan suara yang berasal dari kawah yang sedang aktif. Karena mirip dengan suara tukang pandai besi maka itulah gunung ini dinamakan Papandayan.
Legenda dan cerita dari masyarakat sekitar seputar Gunung Papandayan merupakan tempat para dewa menimpa besi untuk membuat senjata perang. Kawah-kawah aktif di Gunung Papandayan merupkan tempat bekerja para dewa. Kemunngkinan munculnya suara letupan-letupan dan suara-suara dari kawah itulah yang menjadi asal-muasal cerita tersebut. Namun yang pasti, kawah-kawah di Gunung Papandayan masih aktif dan beberapa diantaranya mengeluarkan suara seperti air yang dimasak dalam dandang.

5.      Gunung Guntur (Keindahan Alam Gunung yang gundul ±2.249 mdpl)
Seperti halnya Gunung Papandayan, legenda dan cerita masyarakat mengenai Gunung Guntur tidak terlalu banyak. Namun ada sebuah cerita yang berkembang di kalangan penduduk, khusus nya penduduk kampung Cipanas. Konon, kondisi Gunung Guntur yang gundul merupakan suatu hal yang disengaja. Dulu masyarakat disekitar Gunung Guntur tertimpa bencana kekeringan, akibatnya mereka sulit melakukan aktivitas bercocok tanam. Kemudian tiba-tiba hutan dikawasan Gunung Guntur terbakar dengan sendirinya. Sejak terjadinya kebakaran itulah hujan turun. Sampai kini, sebagian penduduk masih percaya bahwa jika hutan di kawasan Gunung Guntur dibakar. maka akan mendatangkan hujan. Setelah melalui proses penelitian, hutan yang dulu terbakar secara tiba-tiba itu ternyata merupakan dampak dari penguapan gas dari dalam bumi.
Konon, tempat dimana sekarang berdiri Gunung Guntur dulunya hanya berupa bukit kecil yang menonjol sedikit lebih tinnggi dari wilayah sekitarnya dan disebut Gunung Kutu.
Waktu itu Ratu Rangga Lawe yang berkuasa d Kerajaan Timbanganten, secara sepihak menggunakan waduk milik saudara perempuannya, Maharaja Intan Dewata. Untuk mengairi sawah-sawah kawulanya. Karena murka, Maharaja Intan Dewata menciptakan Gunung Guntur untuk membalas sakit hatinya. Dengan sebuah periuk berisi air dan segenggam tanah, dia pergi ke Gunung Kutu. Tanahnya dilemparkan ke atas kemudian membalikkan periuknya, kemudian pergi ke Gunung Putri (satu puncak di muka Gunung Guntur). Akhirnya Gunung Kutu pun meletus, api dan batu batuan keluar dengan hebatnya sampai-sampai Kerajaan Timbanganten terancam hancur.
Ratu rangga Lawe yang hampir menjadi korban kemudian berdoa, sehingga bencana itu berhenti. Tapi hampir sebagian kerajaannya telah hancur. Tempat dimana dulu berdiri karisidenan karobokan itu kini berdiri Gunung Guntur. Kemudian Maharaja Intan Dewata menghilang dan ditempat pemukimannya muncul telaga kecil yang disebut Situ Taman.
Agar seluruh keturunan mau menghormati Maharaja Intan Dewata, Gunung Guntur terus mengeluarkan asapnya sampai kini. Dipercaya juga bahwa beliau sesekali mengunjungi Gunung Putri untuk memantau keadaan Kerajaan Timbanganten.
Juga Curug Citiis merupakan tempat bertemunya raja-raja dari Pulau Jawa. Air yang mengalir dari Curug Citiis dipercaya merupakan air yang suhunya paling dingin di seluruh Jawa Barat.

6.      Gunung Salak (Puncak sebuah Legenda ±2.211 mdpl)
Gunung Salak yang terletak di antara kabupaten Bogor dan Sukabumi ini sejak dulu menyimpan berbagai cerita dan legenda yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat sekitarnya. Itu dibuktikan dengan adanya tempat-tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat kaki gunung salak. Bahkan disalah satu puncak (Salak 1) terdapat makam yang dipercaya sebagai makam Eyang Gunung Salak.
Masyarakat disekitar gunung salak bekerja sebagai petani, sayuran, ada juga yang bekerja di sekitar resort/hotel/ penginapan yang didirikan di sekitar kawasan rumah mereka, juga ada yang bekerja sebagai pedaganng. Mereka memfungsikan rumahnya sebagai warung makanan/minuman bagi pengunjung.
Wilayah gunung salak dipercaya merupakan tempat berdirinya kerajaan Hindu di Tanah Sunda, kerajaan Padjajaran yang dipimpin prabu Siliwangi. Bahkan sang Prabu dan para prajuritnya dipercaya juga menghilang di wilayah ini. Berdasarkan dari cerita dan sejarah tersebut, kini disekitar kaki gunung Salak, berdiri sebuah pura Parahyangan Agung Jagatkarttha Taman Sari Gunung salak atau Pura Gunung Salak. Pura yang di resmikan Desember 2005 ini menjadi pura tebsesar di Jawa Barat. Berdiri di atas tanah seluas 15 hektar di kaki gunung salak. Tepatnya di Taman Sari kab. Bogor daerah ciapus atau sebelum wanawisata Curug Nangka.
Dewi sukesih putri penguasa pertama Cianjur, Pangeran Aria Wiratanudatar atau Eyang Dalem Cikundul merupakan manusia setengah jin. Setelah mengetahu istrinya dari golongan jin, Eyang Dalem Cikundul berusaha mengembalikan istrinya ke tempat asalnya. Singkat cerita, dengan rasa kasih saying dan cintanya, sang ibu mengirimkan putrinya ke Gunung Salak sekaligus untuk menguasai dan menjaga wilayah tersebut. Sedangkan putranya dikirim ke Gunung Gede.
Lokasi kawah ratu konon merupakan tempat bersemayamnya bangsa jin yang menguasai Gunung Salak. Tidak jauh dari lokasi tersebut, ada sebuah danau yang biasanya dikunjungi para peziarah untuk memberi sesajen. Selain itu, ada beberapa komplek pemakaman kuno yang dikeramatkan masyarakat sekitar kaki gunung salak, seperti komplek Pemakaman Eyang Pangeran Santri.

7.      Gunung Burangrang
 (Pesona keindahan sisa letusan Gunung Sunda Purba±2.064 mdpl)
Asal usul Gunung Burangrang tidak lepas dari cerita dan legenda maasyarakat Sunda, Kisah Legenda Sangkuriang. Kisah legenda tersebut menceritakan perahu  yang telah dibuat ooleh sangkuriang untuk memenuhi permintaan Nyai Dayang Sumbi, ibunya sendiri, sebagai persyaratan untuk mengawininya dan terbuat dari sebuah pohon besar telah terbalik dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Sedangkan tanggul pohonnya tersisa tetap berdiri menjadi Gunung Bukit Tanggul. Dan ranting-ranting atau “rangrang” yang tersisa tergeletak menjadi Gunung Burangrang.
Masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Burangrang kebanyakan  bertani sayuran dan berternak sapi.  Masyarakat di kaki gunung ini sangat ramah seperti orang-orang sunda pada umumnya jika menyambut tamu.
Letak Gunung Burangrang berdekatan dengan Pangkalan Udara. Masyarakat bercerita tentang kejadian beberapa tahun lalu mengenai pesawat yang mengalami kecelakaan karena menabrak gunung ini. Menurut juru kunci ini disebabkan karena saat melakukan latihan penerbangan tidak meminta izin terlebih dahulu. Karena bagi masyarakat Sunda sopan santun sangatlah di perlukan dimanapun kita berada. 

8.      Gunung Tangkuban Perahu (Perahu terbesar pulau Jawa Barat ±2.048 mdpl)
Dalam sejarag geologi, gunung ini merupakan sisa Gunung Sunda dan Gunung Purba di Indonesia, memiliki 9 kawah. Menurut ahli geologi kawasan dataran tinggi di Bandung yang memiliki ketinggian lebih dari 709 mdpl merupakan sisa dari danau besar yang terbentuk akibat dari pembendungan sungai citarum, sehingga kalau dikaitkan dengan legenda masyarakat gunung ini berkaitan dengan peristiwa saat itu.
Bagi masyarakat Bandung khususnya di bagian Bandung Utara mempercayai tentang kisah “tanjakan emen”  di jalur Subang-Bandung ini kerap menelan korban jiwa, konon Bapak emen adalah supir elf jalur Subang-Bandung yang meninggal Karena mobilnya terguling dan terbakar sehingga dia meninggal terbakar hidup-hidup dikawasan tanjakan ini. Juga masyarakat menyebutkan jika ingin melewati tanjakan dengan selamat harus melemparkan rokok ke sisi jalan karena Alm Bapak Emen semasa hidupnya seiring mengemudi sambil merokok.   Setelah di teliti ternyata struktur jalanan yang menyebabkan kecelakaan sering terjadi di daerah tersebut. Kini jalur yang disebut “tanjakan emen” telah di perluas oleh pemerintah setempat. Kejadian ini memberi pesan moral terhadap semua masyarakat bahwa kita tidak boleh sombong/takabur dimana pun kita berada dan juga kita harus berhati-hati jika berpergian, selalu periksa kondisi kendaraan.

9.      Gunung Halimun (Mutiara Hijau Pulau Jawa ±500-1.929 mdpl)
Gunung Halimun yang berada dalam tiga wilayah yaitu, kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak ini biasanya digunakan oleh masyarakat bukan hanya untuk mendaki saja. Akan tetapi untuk kegiatan Jungle Tracking. Kawasan ini merupakan tempat bagi hewan yang dilindungi keberadaan nya karena hampir punah, juga surganya para serangga dan salah satu hutan tropis yang masih tersisa di Pulau Jawa. Masyarakat disekitar Taman Nasional Gunung Halimun bekerja sebagai petani, pedagang dan juga sebagian sebagai penjaga Taman Nasional yang memiliki kemampuan serta pendidikan yang setara.

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jawa Barat merupakan wilayah yang kaya akan keindahan alam nya.  Terutama bagi penikmat alam dan para pendaki karena Jawa Barat menyugukan banyak Gunung yang bisa  di Jelajahi. Serta Jawa Barat juga memiliki keaneka ragaman kebudayaan serta cerita yang telah turun temurun di percayai oleh masyarakatnya terutama mereka yang berada di kaki gunung. Gunung di Jawa  Barat beraneka ragam, mulai dari Gunung  yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia sampai Gunung untuk berlindung bagi makhluk hidup yang langka. Disetiap gunung menyimpan kebudayaan serta kepercayaan masyarakatnya yang berbeda-beda tergantung dari asal usul gunung tersebut. Untuk itu banyak cara yang bisa kita lakukan demi menjaga dan mengikuti adat istiadat yang berlaku. Sebagai masyarakat Jawa Barat kita harus menjaga budaya serta kekayaan alam yang telah diberikan untuk semua masyarakat.

B.     Saran
Masih ada beberapa gunung yang belum masuk dalam kawasan Taman Nasional. Penetapan adat istiadat secara tertulis oleh penduduk agar membantu para wisatawan atau pendatang untuk mematuhinya serta peran pemeritah untuk memajukan wisata di kaki gunung serta untuk mengkan ekonomi masyarakat setempat.












Daftar Pustaka

5.      Sastha, Harley B., rangkuman Laporan & cerita perjalanan pendakian Gunung Gede-Pangrango, sepanjang tahun 1990-2004
6.      Haris, keith, mengenal Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Balai Nasional Gunung Gede Pangrango, 2003
9.      Sastha, Harley B., Laporan & cerita perjalanan pendakian kilas balik highcamp, gunung salak (puncak salak I), 2004
11.  Sastha, Harley B., Laporan & cerita Perjalanan kilas balik pendakian highcamp, Gunung Cikurai, 2003
12.  Sastha, Harley B., rangkuman & cerita perjalanan pendakiann Gunung Papandayan, Maret,, 2007
14.  Sastha, Harley B., rangkuman & cerita perjalanan pendakian Gunung Burangrang. Maret 2007


1 komentar: